EPISTEMOLOGI SURAT AL-KAHFI

Eskatologi Islam

EPISTEMOLOGI SURAT AL-KAHFI

Epistemologi adalah sinonim dari Filsafat Ilmu, cabang filsafat yang membahas tentang sumber, hierarki, metode dan validitas pengetahuan.

Nabi Muhammad SAW sangat menganjurkan umatnya agar merutinkan membaca Surat Al-Kahfi sebagai benteng dalam menghadapi fitnah akhir zaman.

Ada apa dengan Surat Al-Kahfi sehingga dikaitkan dengan akhir zaman?

Artikel ini akan mencoba menjawab pertanyaan ini. Sumber utamanya berasal dari video kuliah terbaru Syekh Imran pada sebuah Universitas di Pakistan, berdurasi 24.55 menit, diunggah empat hari yang lalu.
(https://youtu.be/UhdPTdsTbLg).

Adalah cita-cita Syekh Imran untuk memberi kuliah di setiap Universitas (di Pakistan) dalam rangka membawa anak-anak muda berusia 18-21 tahun agar mencintai Alquran.

Upaya ini mewarisi gurunya, Syekh Muhammad Fazlur Rahman Ansari, yang telah menulis dua jilid buku, berjudul: “Fondasi Alquran dan Struktur Masyarakat Muslim.

Buku ini merupakan respon atas seruan Muhammad Iqbal dalam bukunya yang monumental berjudul: “Rekonstruksi Pemikiran Keagamaan dalam Islam”.

Buku Iqbal sendiri adalah hasil refleksi atas kegundahan intelektualnya, karena umat Islam telah berhenti berfikir sejak lebih dari 300 tahun terakhir.

Model berfikir seperti apakah yang dimaksudkan Iqbal?

Alquran telah menegaskan berkali-kali bahwa Alquran itu diturunkan kepada orang-orang yang berfikir. Jadi sudah waktunya bagi kita untuk bangun dan mulai berfikir.

Ada perbedaan yang besar antara pemikiran agama dan pemikiran sekuler. Pemikiran agama memberikan jenis pemikiran yang berbeda dari pemikiran sekuler.

Bila kita mempelajari Alquran sebagaimana mestinya dipelajari, kita akan mengetahui bahwa peradaban barat modern tidak jatuh dari langit begitu saja, dan tidak muncul pada tahap sejarah ini secara kebetulan.

Alquran mengabarkan, bahwa di jantung akhir zaman, akan ada seseorang yang dikenal sebagai Mesias, Juru Selamat, Al-Masih. Kembalinya Mesias ini disebutkan dalam Alquran secara tegas.

(Tentang subjek ini, lihat penafsiran para ulama salaf: Ibnu Abbas, Hassan Basri dan Qatadah tentang Surat Az-Zukhruf: 61, dalam: https://islam.nu.or.id/ilmu-tauhid/dalil-tentang-masih-hidupnya-nabi-isa-dan-turunnya-di-akhir-zaman-0OnzN).

Tapi sebelum Al-Masih yang asli diturunkan, akan ada seseorang yang akan menyamar sebagai mesias. Dialah al-masih ad-dajjal, penyelamat palsu.

Mesias adalah orang yang akan memerintah dunia dengan aturan yang tidak dapat disaingi oleh siapa pun di negara bagian mana pun, atau kombinasi dari berbagai negara mana pun.

Dia akan memerintah dari Jerusalem dan akan menyamar sebagai mesias untuk meyakinkan orang Yahudi bahwa dia mesias.

Agar diakui sebagai mesias oleh orang Yahudi, dia harus menguasai dunia dari Jerusalem. Untuk itu ia harus membebaskan tanah suci Jerusalem untuk bangsa Yahudi, harus mengembalikan orang Yahudi ke Jerusalem, agar mereka dapat merebut kembali Jerusalem.

Dia, mesias palsu ini, harus memulihkan negara Israel di tanah suci, dan harus membuat Israel menggantikan Amerika Serikat, menggantikan Pax Americana dengan Pax Judaeca, dimana Israel harus memerintah dunia menggantikan AS.

Tentu saja dia hampir mencapai tujuannya (karena begitulah skenario besarnya): dia sudah membebaskan tanah suci untuk orang Yahudi, dia sudah membawa mereka kembali ke tanah suci Jerussalem, setelah selama 2000 tahun mereka diusir, dia sudah memulihkan negara Israel di tanah suci Jerusalem.

Saat ini Israel sedang dalam perjalanan untuk menjadi negara penguasa di dunia.

Untuk mencapai tujuan dominasi politik, ekonomi dan moneter, maka al-masih dajjal membutuhkan peradaban yang akan mengubah dunia.

Itulah penjelasan dari peradaban barat modern, dimana pemikiran sekuler berasal dari peradaban itu.

Jadi ada perbedaan besar antara pemikiran agama dengan pemikiran sekuler.

Model pemikiran keagamaan dan keilmuan agama, terdapat pada seseorang yang telah diberi gelar “Pakaian Hijau”, bukan nama sebenarnya.

Dia dipanggil demikian karena pemikiran dan pengetahuannya berbeda, bukan paket yang diturunkan dari generasi ke generasi secara mekanik.

Pengetahuannya seperti tetesan air hujan yang jatuh dari langit dan menghidupkan kembali bumi yang mati, lalu segala sesuatu menjadi hijau. Ilmunya menyentuh hati, menggairahkan jiwa dan membawa kehidupan baru.

Model pemikiran inilah yang Iqbal maksudkan telah ditinggalkan oleh umat Islam, yaitu model pemikiran bashirah, pemikiran yang berwawasan spiritual-internal-intuitif.

Model berpikir demikian hanya mungkin ketika pemikiran mengalir dari lautan kebenaran. Dan Universitas adalah tempat dimana mahasiswa harusg dibawa kepada lautan kebenaran, apakah itu Fakultas psikologi atau sosiologi atau politik atau ekonomi atau ekonomi moneter atau apa saja.

Dari lautan kebenaran itulah mahasiswa harus meneguk lautan ilmu, karena Alquran telah menyatakan dirinya sebagai kebenaran mutlak.

Tentu saja mereka tidak suka mendengar kalimat ini, karena kaum sekuler tidak mengakui apa pun sebagai kebenaran mutlak.

Bagaimana mungkin, peradaban barat modern-sekuler bisa bertahan, ketika pencapaian puncak peradabannya akan berakhir, disebabkan oleh karena seorang pria dapat menikahi pria lain, dan mendapatkan akta nikah.

Namun hukum dialektika peradaban selalu menemukan jalannya sendiri untuk memulihkan diri. Ketika peradaban barat modern yang ditopang oleh pemikiran sekuler itu runtuh, maka pilihannya hanya tinggal satu, yaitu model pemikiran keagamaan.

Karena itu, untuk memulihkan peradaban, tidak ada pilihan lain kecuali harus mulai dengan mengakui bahwa kebenaran mutlak terletak di dalam dan bersama Alquran.

Siapa pun tidak dapat mencapai tingkat pemikiran kritis sebagai seorang muslim, kecuali mengakui Alquran sebagai kebenaran mutlak dan menjadikannya sebagai landasan berfikir.

Kebenaran mutlak tidak hanya memiliki dimensi rasional, tetapi juga spiritual. Kebenaran rasional diturunkan secara eksternal, sedangkan kebenaran spiritual diterima secara internal sebagai anugerah yang Allah turunkan.

Surat Al-Kahfi memberi tahu kita sebuah epistemologi yang unik, bahwa komponen rasional dalam proses berfikir harus terintegrasi dengan komponen spiritual.

Surat Al-Kahfi juga memberi tahu kita bahwa berfikir sejati haruslah mampu menembus realitas berfikir, yaitu tingkat berfikir yang dapat melampaui bentuk berfikir eksternal untuk mencapai substansi internal. Itulah berfikir kritis.

Untuk mencapai tingkat berfikir kritis seperti itu, anda harus pergi ke majma’al bahrain, tempat bertemunya dua lautan; suatu tempat dimana Allah memberi tahu Nabi Musa AS akan bertemu Nabi Khidr AS (QS. Al-Kahfi: 60).

Hanya dengan epistemologi inilah peradaban umat manusia bisa diselamatkan. Epistemologi Surat Al-Kahfi akan menyelamatkan peradaban yang sedang sakit, dimana salah satu cirinya adalah semakin banyak pernyataan aneh dan membingungkan, sebagai akibat dari faham kebenaran relatif yang menggugat otoritas kebenaran mutlak.

Satu-satunya cara untuk mempertahankan kebenaran relatif/pluralistik adalah dengan memutlakkan kebenaran relatif itu sendiri: sebuah kontradiksi serius yang hanya bisa disembuhkan dengan mengakui adanya kebenaran mutlak.

Inilah rahasianya, menurut Syekh Imran, kenapa Surat Al-Kahfi merupakan satu-satunya Surat dalam Alquran yang oleh Nabi SAW dikaitkan secara langsung dengan fitnah akhir zaman; sebuah Otoritas Pengetahuan Ilahiyah bersifat mutlak yang Allah berikan secara khusus hanya kepada NabiNya di Akhir Zaman.

(Bersambung)

والله اعلم

MSupriatman
16/11/21

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Blog Jalan Lurus

Hidup sebagai sumber belajar

ainsword

i write. yes, i do.

Kumpulan Tulisan Fikri

Membagikan isi pikiran tentang Islam, Teknologi, dan topik lainnya.

IKATAN ALUMNI BATA-BATA (IKABA)

رابطة خرجي معهد منبع العلوم بتابتا

TheMostBeloved

The Most Beloved

Tarbawiyah

Menebar Hidayah Islam

Peluang Bisnis Moment

Peluang Bisnis Online Terbaru 2019

search previous next tag category expand menu location phone mail time cart zoom edit close